Powered By Blogger

Monday 20 May 2013

HIPOTESIS “AFRICAN EVE”

HIPOTESIS “AFRICAN EVE”

Upaya untuk mengungkap evolusi manusia dari berbagai pecahan tengkorak dan kerangka kini telah mengerucut pada dua akema alternatif. Pertama adalah model multi- regional yang menyatakan bahwa Homo erectus berevolusi secara bertahap menjadi Homo sapiensdan sekaligus juga menyebar menuju Asia, Eropa, dan Afrika. Kedua adalah model Bahtera Nuh yang menyatakan bahwa sebagian besar percabangan kerabat manusia telah punah dan digantikan dengan bangsa yang ada saat ini yang merupakan keturunan dari satu bangsa di masa lampau. Pada umumnya para ahli antropologi mendukung kedua model tersebut, namun beberapa ahli genetika menganggap bahwa model Bahtera Nuh lebih masuk akal. Model ini menggambarkan bahwa terjadi pertukaran informasi genetik secara berkelanjutan pada berbagai suku bangsa yang tersebar dan terisolasi melintasi putaran waktu yang panjang di masa prasejarah. Tentu saja analisis molekuler lebih cenderung mendukung model Bahtera Nuh.

Meskipun DNA mitokondria berevolusi dengan cepat, variasi manusia pada berbagai ras secara keseluruhan ternyata tidak terlalu mengesankan. Kalkulasi pada berbagai keragaman dan perhitungan laju evolusi pada akhirnya mengungkap bahwa leluhur manusia hidup di Afrika sekitar 100.000-200.000 tahun yang lalu. Oleh karena mitokondria diturunkan secara maternal, maka leluhur perempuan umat manusia di sebut “African Eve”. Pendapat ini diperkuat oleh berbagai analisis akar genetic populasi Afrika saat ini. Pada sisi lain juga terungkap bahwa berbagai sub-bangsa Afrika tersebar ke berbagai wilayah jauh sebelum terbentuknya suku bangsa lain di berbagai belahan dunia.

Leluhur dari bangsa Eropa saat ini berasal dari bangsa Euro-Asia dan bermigrasi menuju Eropa melalui Timur Tengah sekitar 40.000-50.000 tahun yang lalu. Bangsa Indian di Amerika berasal dari dua jalur suku bangsa yang bermigrasi dari daratan Asia. Bangsa Paleo-Indian yang terlebih dahulu tiba menempati wilayah seluruh daratan Amerika (sekitar 30.000 tahun yang lalu), kemudian pada periode berikutnya hadir bangsa Na-Dene yang menempati wilayah utara Amerika sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Di samping menggunakan DNA mitokondria, penggunaan sequence mikrosatelit pada kromosom juga dapat digunakan untuk membandingkan berbagai suku bangsa. Hasil penelitian filogenetik semacam ini juga menghasilkan kesimpulan yang serupa. Metode ini juga mengungkapkan bahwa umat manusia berasal dari bangsa Afrika, bahkan lebih jauh metode ini dapat mengungkap siapa sebenarnya leluhur manusia 100.000 tahun yang lalu.

Terkait dengan sosok Adam, para ahli biologi molekuler menyebut beliau sebagai Y-guy. Kromosom Y pada manusia yang pendek tidak mengalami rekombinasi dengan kromosom X yang lebih besar. Hal ini dapat berperan melacak jalur leluhur laki-laki manusia tanpa adanya kerumitan rekombinasi. Sebagai contoh adalah gen ZFY pada kromosom Y yang diwariskan dari ayah menuju anak laki-laki dan berperan dalam maturasi sperma. Data sequence pada ZFY menunjukkan bahwa manusia dan simpanse berasal dari jalur leluhur yang sama yang hidup sekitar 5 juta tahun yang lalu dan leluhur laki-laki manusia modern telah hadir sekitar 250.000 tahun yang lalu. Hasil penelitian terakhir yang melibatkan sejumlah besar marker genetik pada kromosom Y menunjukkan bahwa munculnya Adam atau Y-guy ini sekitar 100.000 tahun yang lalu.

Hasil penelitian terbaru tentang cluster mutation pada kromosom Y tidak selaras dengan model multi-regional dan mengkonfirmasi bahwa manusia modern berasal dari leluhur di Afrika. Hanya saja masih tersisa catatan buruk tentang bangsa Neanderthal.

Meskipun bangsa ini masih bertahan hidup hingga 30.000 tahun yang lalu dan sempat bersentuhan dengan manusia modern di Eropa dan Timur Tengah, hasil analisis sequence menunjukkan bahwa leluhur bangsa ini tidak jelas. Perbandingan sequence DNA menunjukkan bahwa bangsa Neanderthal tidak pernah melakukan persilangan dengan manusia modern atau berkontribusi dalam gene-pool manusia saat ini. 

No comments:

Post a Comment